MAKALAH
PERUBAHAN
MAKNA
Disusun oleh:
Achmad Andrias
Nugroho
Nanang Irfan
Nawawi
JURUSAN BAHASA
DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB
DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejalan dengan
berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami
pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat
dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas
secara mendalam di dalam pembahasan.
Atas dasar
itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini muncul berbagai kata
yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih
dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang
terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri.
Untuk itu perlu kiranya untuk mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan secara
utuh salah sarunya tentang perubahan makna dalam bahasa.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan
perubahan makna?
2.
Apa saja yang mempengaruhi
perubahan makna?
3.
Apa saja yang termasuk dalam
perubahan makna ?
4.
Faktor apa saja yang mempengaruhi
perubahan makna?
C.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
dan mengerti apa hakikat dari perubahan makna.
2. Mengetahui
apa saja yang mempengaruhi perubahan makna
3. Mengetahui
apa saja yang termasuk dalam perubahan makna.
4. Mengetahui
Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan makna.
D.
Manfaat
Manfaat
penulisan makalah ini antara lain:
1. Menambah
pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca.
2. Memahami
tentang perubahan makna kata .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Perubahan Makna
Dalam
perubahan makna selalu ada hubungan (asosiasi) antara makna lama dan makna
baru, tidak peduli apapun yang menyebabkan perubahan itu terjadi. Dalam
beberapa hal, asosiasi bisa begitu kuat untuk mengubah makna dengan sendirinya,
sebagian lagi asosiasi itu hanyalah suatu wahana untuk suatu perubahan yang
ditentukan oleh sebab-sebab lain tetapi bagaimanapun suatu jenis asosiasi akan
selalu mengalami proses. Dalam pengertian ini asosiasi dapat dianggap sebagai
suatu syarat mutlak bagi perubahan makna ( Stephen, 2007 : 263-264 )
Dalam sejarah
ilmu semantik, teori asosiasi muncul dalam dua bentuk. Beberapa dari ahli
semantik awal mengakui suatu asosiasinisme yang sederhana, mereka mencoba
menjelaskan perubahan makna sebagai hasil asosiasi antara kata-kata yang
diisolasikan (berdiri sendiri). Pada beberapa dekade terakhir suatu pandangan
yang lebih maju berdasarkan prinsip-prinsip struktural telah meluas, perhatian
telah berubah dari kata-kata tunggal menjadi satuan-satuan yang lebih luas
yaitu yang disebut “medan asosiatif” yang mencakupi kata-kata tersebut.
B.
Sebab-sebab Perubahan Makna
Banyak faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata. Diantaranya adalah
sebagai berikut :
1)
Pebedaan bidang pemakaian
Kata-kata yang
menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan
pemakaian sehari-hari dapat juga dipakai dalam bidang lain atau menjadi kosa
kata umum. Sehingga kata-kata tersebut memiliki makna yang baru, atau makna
lain disamping makna aslinya. Misalnya kata menggarap yang berasal dari bidang
pertanian dengan segala macam derivasinya seperti tampak pada frase menggarap
sawah, tanah garapan dan sebagainya, kini banyak digunakan dalam bidang-bidang
lain dengan makna barunya yang berarti mengerjakan seperti tampak pada frasa
menggarap skripsi, menggarap naskah drama dan lain-lain. Dari contoh yang
diuraikan maka kata-kata tersebut bisa jadi mempunyai arti yang tidak sama
dengan arti dalam bidang asalnya, hanya perlu diingat bahwa makna baru
kata-kata tersebut masih ada kaitannya dengan makna asli. Kata-kata tersebut
diunakan dalam bidang lain secara metaforis atau secara perbandingan.
Kesimpulannya makna kata yang digunakan bukan dalam bidangnya itu dan makna
kata yang digunakan di dalam bidang asalnya masih berada dalam poliseminya
karena makna-makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada persamaan
antara makna yang satu dengan makna yang lainnya.
2)
Perkembangan sosial dan budaya
Dalam
perkembangan sosial dan budaya kemasyarakatan turut memengaruhi perubahan
makna. Sebagai contoh kata saudara dalam bahasa sansekerta bermakna seperut
atau satu kandungan. Sekarang kata saudara walaupun masih juga digunakan dalam
artian tersebut tapi juga digunakan untuk menyebut siapa saja yang dianggap
sederajat atau berstatus sosial yang sama. Hal ini terjadi pula pada hampir
semua kata atau istilah perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik . Penyebab
perubahan makna ini dimungkinkan disebabkan karena dahulu pada zaman sebelum
merdeka (dan juga beberapa tahun setelah kemerdekaan) untuk menyebut dan menyapa
orang yang lebih tinggi status sosialnya digunakan kata tuan atau nyonya.
Kemudian setelah kemerdekaan dan timbulnya kesadaran bahwa sebutan tuan atau
nyonya berbau kolonial sehingga kia menggantinya dengan sebutan bapak atau ibu.
3)
Perasaan emosional dan psikologis
Setiap unsur
leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal
yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di
dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang rendah,
kurang menyenangkan. Di samping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa
yang tinggi atau menyenangkan. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah
ini disebut dengan istilah peyoratif sedangkan yang nilainya naik menjadi
tinggi disebut ameliorative. Contoh kata bini sekarang ini dianggap peyoratif
sedangkan kata istri dianggap ameliorative. Begitupun terjadi pada kata laki
dan suami, kata bang dan bung. Nilai rasa itu kemungkinan besar hanya bersifat
sinkronis. Secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Perkembangan
pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan perkembangan budaya dan
kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya perubahan nilai rasa peyoratif
atau amelioratifnya sebuah kata.
4)
Adanya Asosiasi
Kata-kata yang
digunakan diluar bidangnya seperti dibicarakan pada bagian sebelumnya masih ada
hubungan atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan pada bidang
asalnya. Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat
penggunaan dalam bidang yang lain, disini makna baru yang muncul adalah
berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut.
Dalam contoh kata amplop dengan kata uang terjadi asosiasi yaitu berkenaan
dengan wadah. Kata amplop berasal dari bidang administrasi atau surat menyurat,
makna asalnya adalah sampul surat. Ke dalam amplop itu selain biasa dimasukkan
surat, biasa pula dimasukkan benda lain seperti uang. Oleh karena itu dalam
kalimat “ Berikan dia amplop biar urusanmu cepat selesai”. Dalam kalimat itu
kata amplop bermakna uang sebab amplop yang dimaksud bukan berisi surat atau
tidak berisi apa-apa melainkan berisi uang sebagai sogokan.
5)
Perkembangan dalam ilmu dan
teknologi
Dalam hal ini
sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang
sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah
sebagai akibat dari pandangan baru atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau
sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Sebagai contoh perubahan makna
kata sastra dari makna tulisan sampai pada makna karya imaginatif adalah salah
satu contoh perkembangan bidang keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori
baru mengenai sastra menyebabkan makna kata sastra yang tadinya “bermakna buku
yang baik isinya dan baik bahasanya” menjadi berarti “karya yang bersifat
imaginatif kreatif”.
6)
Pertukaran Tanggapan Indra
Dalam
penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera yang
satu dengan indera yang lain. Rasa pedas, misalnya yang seharusnya ditanggap
dengan alat indera perasa pada lidah tertukar menjadi ditanggap oleh alat
indera pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas. Contoh
lain pada kata kasar yang seharusnya ditanggap oleh alat indera peraba yaitu kulit
namun bisa juga ditanggap oleh alat indera penglihatan mata seperti pada
kalimat Tingkah lakunya kasar. Pertukaran alat indera penanggap ini biasa
disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani sun
artinya sama dan aisthetikas artinya tampak. Dalam pemakaian bahasa Indonesia
secara umum banyak sekali terjadi gejala sinestesia ini. Contoh yang lain
terjadi pada beberapa frase yaitu suaranya sedap didengar, warnanya enak
dipandang, suaranya berat sekali, bentuknya manis, kedengarannya memang nikmat
dan masih banyak contoh-contoh yang lain.
C. Jenis
Perubahan Makna
Dalam bagian
ini akan diuraikan beberapa jenis perubahan makna yang terjadi dalam bahasa
Indonesia. Berikut pemaparannya :
1.
Perluasan makna
Yang dimaksud perluasan
makna adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya
hanya memiliki sebuah makna tetapi kemudian karena berbagai factor menjadi
memiliki makna-makna yang lain. Proses perluasan makna ini dapat terjadi dalam
kurun waktu yang relative singkat tetapi dapat juga dalam kurun waktu yang
lama. Dan makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan makna itu masih
berada dalam lingkup poliseminya artinya masih ada hubungannya dengan makna
asalnya. Seperti pada kata saudara yang dahulu hanya mempunyai satu makna yaitu
seperut atau sekandungan sekarang berkembang menjadi bermakna lebih dari satu.
Dan mempunyai makna lain yaitu siapa saja yang sepertalian darah. Lebih jauh
lagi sekarang kata saudara bermakna siapapun orang tersebut dapat disebut
saudara.
2.
Penyempitan makna
Penyempitan
makna merupakan suatu gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya
mempunyai makna yang cukup luas namun kemudian berubah menjadi terbatas hanya memiliki
sebuah makna saja. Kata sarjana yang pada mulanya berarti orang pandai atau
cendekiawan dan sekarang kata itu hanya memiliki sebuah makna saja yaitu orang
yang lulus dari perguruan tinggi. Sehingga sepandai apapun seseorang sebagai
hasil dari belajar sendiri, kalau bukan tamatan perguruan tinggi maka tidak
bisa disebut sebagai sarjana. Sebaliknya serendah berapapun indeks prestasi
seseorang kalau dia sudah lulus dari perguruan tinggi dia akan disebut sebagai
sarjana.
3.
Perubahan Total
Yang dimaksud
perubahan total yaitu suatu makna sebuah kata yang berubah total atau berubah
sama sekali dari makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki
sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal tapi keterkaitannya ini
tampaknya sudah jauh sekali. Sebagai contoh kata seni yang mulanya bermakna air
seni atau kencing sekarang digunakan sebagai istilah untuk sebuah karya atau
ciptaan yang bernilai halus seperti seni lukis, seni tari, seni suara.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Hakikat
perubahan makna adalah bahwasannya perubahan makna sebagai hasil asosiasi antara
kata-kata yang diisolasikan (berdiri sendiri).
2. Sebab-sebab
perubahan makna yaitu Pebedaan bidang pemakaian, Perkembangan sosial dan budaya,
Perasaan emosional dan psikologis, Adanya Asosiasi, Perkembangan dalam ilmu dan
teknologi, Pertukaran Tanggapan Indra
3. Jenis
perubahan makna yaitu perluasan makna, penyempitan makna dan perubahan makna
total
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul.
2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Mukhtar Umar,
Ahmad. 1992. Ilmu ad-dilalah. Qohiroh: Ulumul Kutub
Pateda,
Mansoer. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta.
Ullmann,
Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Yogjakarta : Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar