Halaman

Senin, 05 November 2012

Kebudayaan Sunda


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kebudayaan cultuur (bahasa Belanda), culture (bahasa inggris), berasal dari perkataan latin “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah dan mengolah alam.
Dilihat dari sudut budaya bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta “budhdhayah” yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata budaya memiliki arti pikiran akal budi, sedangkan kebudayaan yaitu: hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.
Mengenai definisi kebudayaan, banyak sarjana-sarjana ilmu sosial yang menerangkan tentang kebudayaan yang dikemukakan oleh dua orang sarjana Antropologi yaitu: A.L.Kroeber dan C. Cluchon yang pernah mengumpulkan sebanyak mungkin tentang definisi faham kebudayaan yang termaktub dalam banyak buku dan yang berasal dari banyak pengarang dan sarjana. Clukchon dan Wh Kelly mencoba merumuskan definisi tentang kebudayaan sebagai hasil Tanya jawab dengan para ahli antropologi, sejarah, hukum, psikologi yang implisit, eksplisit, rasional, irasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
Prof. Dr. Koentjoro ningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh ketakelakuan yang harus didapatnya dari belajardan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah: keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Pada dasarnya kebudayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan setiap suku yang menjadikan suatu budaya itu berkembang. Bahkan, kondisi suatu masyarakat yang menciptakan kebudayaan itu banyak dipengaruhi oleh kultur daerah tersebut. Begitu pula kebudayaan suku Sunda yang kaya akan keanekaragamannya banyak dipengaruhi oleh faktor  lingkungan di tataran sunda.
B.     Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Pengertian kebudayaan dan suku sunda
2.      Ruang Lingkup Kehidupan  Suku Sunda
3.      Budaya pada Masyarakat Sunda
4.      Pandangan hidup orang Sunda
5.      Kebangkitan Budaya pada Masyarakat Sunda
C.    Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui Pengertian kebudayaan suku sunda
2.      Mengetahui ruang lingkup budaya pada masyarakat sunda
D.    Langkah-langkah Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa langkah penulisan, yaitu:
1.      Analisis data
2.      Kajian referensi
3.      Perumusan masalah
4.      Menentukan sistematika penulisan

BAB II
PEMBAHASAN
RUANG LINGKUP KEBUDAYAAN PADA MASYARAKAT SUNDA
  1. LANDASAN TEORI
  1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN DAN SUKU SUNDA
Setelah menganalisis dari semua pengertian tentang kebudayaan, yang mana semuanya itu berprinsip sama yakni mengakui adanya ciptaan manusia, meliputi perilaku dan hasil kelakua manusia, yang diatur oleh ketakelakuan yang diperoleh dengan belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Bahkan sering kita dengar bahwa kata budaya itu tidak terlepas dengan kata cipta karsa dan rasa.
Secara antropologi budaya dapat dikatakan, bahwa yag disebut suku sunda ialah orang_orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu bahasa sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari_hari, dan berasal serta bertempat tinggal di daerah jawa barat, daerah yang sering disebut tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Dalam hubungannya dengan kehalusan bahasa sering dikemukakan, bahwa bahasa Sunda yang murni dan yang halus ada didaerah Priangan, seperti di daerah kabupaten Ciamis, Tasik Malaya, Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi dan Cianjur. Sedangkan bahasa Sunda yang dianggap agak kurang halus adalAh bahasa Sunda di dekat pantai utara, misalnya di daerah Banten, Krawang, Bogor dan Cirebon.

  1. RUANG LINGKUP KEHIDUPAN  SUKU SUNDA

Di seluruh Jawa Barat sistem pemerintahan desa itu pada garis besarnya sama, hanya dalam hal sebutan bagi pejabat_pejabatnya terdapat beberapa perbedaan. Desa Bojong loa misalnya, sebuah desa yang terletak di lereng gunung Tampomas di sebelah barat Sumedang. Dikepalai oleh seorang kuwu yang dipilih oleh rakyatnya. Dalam melaksanakan tugas_tugasnya seorang kuwu didampingi oleh juru tulis, tiga orang kokolot, seorang kulisi, seorang amil dan tiga orang pembina desa (seorang dari anggota kepolisian dan dua orang dari Angkatan darat). Adapun kuwu berkewajiban mengurus rumah tangga desa, mengadakan musyawarah dengan warga desa mengenai hal_hal yang menyangkut kepentingan warga desa, mengurus pekerjaan umum seperti jalan dan sekolah, serta mengurus harta benda desa. Kokolot berkewajiban menyampaikan perintah dan pemberitahuan dari pihak pamong desa kepada warga desa yang dipimpinnya. Dan sebaliknya, kokolot juga menyampaikan laporan dan pengaduan dari pihak penduduk kepada pamong desa. Juru tulis berkewajiban mengurus administrasi desa, arsif, daftar hak milik warga, pajak dan sebgainya. Ulu_ulu mempunyai tugas mengurus pembagian air, dan memelihara selokan_selokan. Amil berkewajiban mengurus pendaftaran kelahiran, kematian, nikah, talak , rujuk, mengucapkan doa dalam selamatan, mengurus masjid dan langgar, serta memelihara kuburan. Kulisi berkewajiban memelihara keamanan. Dalam bidang keamanan ini diikut sertakan pula anggaota hansif.     
Apabila kita hendak berbicara mengenai struktur sosial masyarakat yang ada relevasinya dengan kehidupan ekonomi di Jawa Barat, maka secara garis besar kita dapat menyebut tiga unit sosial yang menjadi pusat kehidupan ekonomi, yaitu kota, desa dan daerah perkebunan.   
Sistem kekerabatan orang sunda dipengaruhi oleh adat yang diteruskan secara turun temurun dan oleh agama. Karena agama islam telah lama dipeluk oleh orang sunda, maka susah kiranya untuk memisahkan mana adat dan mana agama, dan biasanya kedua unsur itu terjalin erat menjadi adat kebiasaan dan kebudayaan orang sunda. Perkawinan di tanah sunda misalnya dilakukan baik secara adat, maupun secara agama Islam. Ketika upacara akad nikah atau ijab kabul dilakukan, maka tampak sekali bahwa di dalam upacara_upacara terpenting ini terdapat unsur agama dan adat.
Sistem pemilihan jodoh di Jawa barat tidak terikat satu sistem tertentu. Hanya yang pasti adalah bahwa perkawinan di dalqm keluarga batih dilarang. Sedangkan untuk menentukan calon menantu yang baik, terlebih dahulu diadakan penyelidikan dari kedua pihak,penyelidikan itu biasanya dilakukan secara serapih mungkin, dan sering secara tertutup. Diusahakan agar mendapat menantu yang baik.
Mengenai prinsip garis keturunan dapat dikatakan bahwa sistem kekerabatan di pasundan adalah bersifat bilateral. Adapun sistem kekerabatan orang sunda menunjukan ciri_ciri bilateral dan generasional. Dilihat dari sudut ego, orang sunda mengenal istilah_istilah untuk tujuh generasi keatas dan tujuh generasi kebawah.
Agama dari sebagian orang Sunda adalah Islam, tetapi dalam kehidupan agama, orang sunda sebagai juga pada suku bangsa lain di Indonesia, terdapat unsur_unsur yang bukan Islam. Orang sunda kebanyakan patuh menjalankan kewajiban beragama, namun kepercayan kepada cerita_cerita mitos dan ajaran_ajaran agama sering diliputi oleh kekuatan gaib. Upacara_upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingakaran hidup, atau yang berhubungan dengan kaul, atau mendirikan rumah, menanam padi, yang banyak mengandung unsur bukan Islam, masih sering dilakukan.

  1. BUDAYA PADA MASYARAKAT SUNDA
Sunda dihubungkan juga dengan sangat erat dengan kebudayaan, bahwa ada yang dinamakan kebudayaan sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh dan berkembang dikalangan orangsunda yang pada umumnya berdomisili di tanah sunda. Kebudayaan sunda dalam tata kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia digolongkan kedalam kebudayaan daerah dan ada yang menamai kebudayaan suku bangsa, untuk membedakan dengan kebudayaan nasional. (ekadjati, 1995:9)
Kebudayaan sunda memiliki arti penting bagi pendukungnya, bukan saja sebagai pemberi identitas tetapi merupakan unsure penyangga eksistensi bersama sebagai suatu komunitas (Adimihardja dalam jurnal dagiang, no. 1 tahun 1999:20).
Pusat penyebaran dan pertumbuhan budaya sunda adalah priangan. Alasannya sudha sejak dahulu merupakan pusat kebudayaan sunda. Priangan merupakan sebuah kawasan bagian tengah Jawa Barat, yang keadaan geografisnya bergunung-gunung dan banyak sungai kecil mengalir, yang wilayahnya sekarang ini kurang lebih meliputi: Sumedang, Ciamis, Tasik Malaya, Garut, Bandung dan Cianjur (Rajab dalam Jurnal Dangiang, 01-1999-hal 34-35).

  1. PANDANGAN HIDUP ORANG SUNDA
Suatu nilai budaya sering kali merupakan suatu pandangan hidup, walaupun kedua istilah itu sebaiknya tdak disamakan. Pandangan hidup biasanya mengandung sebagian dari nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, dan yang telah dipilih secara selektif oleh individu-individu dan golongan-golongan dan masyarakat. Dengan demikian, apabila “sistem nilai” merupakan pedoman hidup yang dianut oleh setiap masyarakat maka ”pandanganhidup” merupakan suatu pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau bahkan individu-individu tertentu dalam suatu masyarakat (koentjoroningrat, 1999:76).
            Dalam mempelajari pandangan hidup orang sunda harus mempelajari beberapa hal atau kepentingan seperti ; kepentingan budaya, integritasdan ideologi orang sunda itu sendiri sebab menurut pendapat Rusyana & Warmaen, dkk. (1987:2) sebagai kelompok masyarakat budaya yang telah tua dan mampu bertahan hingga kini, kiranya masyarakat sunda memiliki pandangan hidupnya sendiri, yang dengan ini masyarakat sunda dapat hidup dalam kemandiriannya dalam masyarakat dan budaya lainnya. Tentulah pandangan hidupnya itu bukannya tidak mengalami perubahan akan tetapi disamping yang berubah sesuai dengan keadaan, kiranya terdapat yang tetap, yang tidak berubah. Demikianlah, pandangan hidup orang sunda mengandung hal-hal yang stabil dan sekaligus yang dinamis.
            Pandangan hidup orang sunda tetap harus diketahui agar mereka tetap hidup pada akarnya melainkan juga dapat diketahui dalam pembinaan kebudayaan nasional, yang tentulah harus mengindahkan nilai-nilai yang baik yang sudah tumbuh dalam tradisi masyarakat di Indonesia, untuk kemudian dikembangkan dalam suasana Bhineka Tunggal Ika menjadi bagian dari akar-akar yang mengokohkan kebudayaan Nasional. (Rusyana & Waranen, dkk. 1987:3).
 (Rusyana & Waranen, dkk. 1987:4). Memberikan keyakinan, bahwa pandangan hidup orang Sunda dapat digali dari berbagai sumber, diantaranya pada:
    1. Karya Sastra Sunda
    2. Tradisi lisan dan tradisi tertulis orang Sunda
    3. Folklore lisan orang sunda
    4. Informan pangkal
    5. Masyarakat pendukungnya.

  1. KEBANGKITAN BUDAYA PADA MASYARAKAT SUNDA

Kerajaan Tarumanegara merupakan sejarah bagi orang sunda dalam kebangkitan budaya secara politis. Sebagai masyarakat berbudaya, orang sunda sudah mulai mengolah sebuah pemerintahan, mulai berpolitik, dan membina lapisan sosial, dan kontak dengan masyarakat luar. Bahkan sejak kerajaan Tarumanegara orang Sunda sudah mulai mengembangkan budaya tulis, terbukti dengan prasasti Ciaruteun di Bogor dan prasasti telapak Gajah di Bogor. Bahkan kegemilangan politik saat itu mulai tampak dengan termasyurnya nama Purnawarman. Kegemilangan politik Purnawarman tercatat didalamprasasti yang ditulisnya, yaitu prasasti Ciaruteun dan prasasti telapak gajah, sebagai raja yang unggul.
            Selanjutnya pemerintah masyarakat sunda dilanjutkan dengan berdirinya kerajaan Sunda. Dalam naskah kuno Carita Parahiyangan , nama Sunda dipakai sebagai nama daerah dan nama adat. Sunda sebagai nama daerah disebut letaknya sebelah barat sungai Citarum. Keterangan ini terdapat pada patilasan batu tertulis sungai citarum.
            Pemerintah kerajaan sunda dilanjutkan dengan pemerintahan Pajajaran. Menurut pendapat Ekadjati (1980:86) pada tahun 1482-1521 masehi adalah masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja raja Pajajaran dengan Ibu kota Pakuan. Pada masa ini sunda menngalami kejayaannya yang pada saat itu penduduknya mengalami 50.000 jiwa.
            Setelah Mataram masuk ke wilayah Priangan, menurut pendapat Lubis (2000:145) pengaruh Mataram menyebabkan timbulnya perubahan; konsep kekuasaan Jawa masuk ke dalam pemilikan sunda. Bahkan setelah kekuasaan Mataram berakhir, pengaruh ini masih tampak nyata. Dalam berbagai sumber histografi tradisional banyak disebut konsep pulung atau wahyu sebagai asal kekuasaan.

BAB III
SIMPULAN

            Budaya sampai sekarang ini tidak terlepas dengan adanya peran manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan penghasil suatu karya. Maka tak heran jika kebudayaan banyak mengartikannya sebagai suatu cipta rasa dan karsa manusia yang dilakukan secara kontinuitas dan bahkan sudah melekat pada diri setiap masyarakatnya.
            Suku sunda yang merupakan suku yang berada di pulau jawa, tepatnya Jawa Barat ini memiliki banyak kebudayaan yang beragam mulai dari daerah Ciamis sampai Cianjurnya masing-masing memiliki sebuah kebudayaan yang beragam, hal ini dilator belakangi oleh munculnya kerajaan-kerajaan yang membentuk suatu kesatuan suku sunda walaupun budaya masing-masing tidak sama.
            Kebangkitan budaya pada masyarakat sunda ini dipelopori oelh masuknya kerajaan-kerajaan ke tataran sunda sehingga menghasilkan suatu kebudayaan yang semakin harinya semakin berkembang. Seperti konsep pemerintahan, adat pernikahan, upacara-upacara adat dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA


·         Djoko Widaghdo.1999.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta:Bumi Aksara.
·         Koentjaraningrat. 1995. Kebudayaan dan Mentalitas Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
·         M. Habib Mustopa.1988.Ilmu Budaya Dasar; Kumpulan Essay Manusia dan Budaya. Surabaya:Usaha Nasional.
·         Munandar, Soelaeman.2005. Ilmu Budaya Dasar; Suatu Pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama.
·         Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia ;Edisi ketiga.Jakarta: Balai Pustaka.
·         Usman Supendi. 2008. Serpihan Sastra dan Budaya. Bandung: Pustaka Latifah.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
               A. Latar Belakang............................................................................... 1
               B. Perumusan Masalah........................................................................ 2
               C. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................. 2
               D. Langkah-Langkah Penulisan.......................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
               A. Landasan teori............................................................................... 3
                    1.    Pengertian Kebudayaan dan suku sunda................................ 3
                    2.    Ruang Lingkup Kehidupan Suku Sunda................................ 3
3.    Budaya pada Masyarakat Sunda............................................. 5
4.    Pandangan hidup orang Sunda................................................ 6
5.    Kebangkitan Budaya pada Masyarakat Sunda....................... 7
BAB III SIMPULAN...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 10

2 komentar:

  1. makasiih ,, artikelnya berguna banget buat tugas kul :D sangkyu ~

    BalasHapus
  2. terimakasih artikel inisangat membantu saya dalaam mengerjkann tugas pelatihan..........

    BalasHapus